Selasa, 26 Oktober 2010

IFA Akan Tampung Pemain LKG

JAKARTA, KOMPAS - Akademi Sepak Bola Indonesia bakal menampung dan membina pemain yang tampil cemerlang dan sesuai standar saat berkiprah di Liga Kompas Gramedia U-14. Direktur Akademi Sepak Bola Indonesia Iman Arif menyebut para pemain Liga Kompas Gramedia U-14 dipantau dan berpeluang masuk akademi sepak bola yang dipimpinnya.
Hal itu, antara lain, tertuang dalam nota kerja sama Liga Kompas Gramedia (LKG) U-14 dan Akademi Sepak Bola Indonesia (IFA), yang ditandatangani Iman dan Ketua Umum LKG U-14 Anton Sanjoyo di Jakarta, Senin (25/10). Hadir pula dalam acara itu Wakil Ketua LKG U-14 JC Moerad dan praktisi pembibitan sepak bola usia dini Bob Hippy.
LKG U-14 kompetisi pemain usia di bawah 14 tahun yang diikuti 16 sekolah sepak bola (SSB) se-Jabodetabek.
Iman menekankan pentingnya pembinaan usia dini sebagai basis pembentukan timnas. ”Selama ini kami kesulitan mencari bibit-bibit pemain timnas karena banyaknya pemain asing di Liga Indonesia,” katanya.
Dengan bergulirnya LKG U-14, menurut Iman, pihaknya mempunyai wadah pembibitan pemain muda yang bakal ditempa di IFA untuk dicetak jadi pemain bintang di masa depan. Salah satu program IFA adalah mengirim beberapa pemain terbaik bergabung pada salah satu klub di Belanda dan Inggris.
Menurut Anton, hal lain yang tertuang dalam nota kerja sama LKG U-14 dan IFA adalah peningkatan standardisasi permainan dan kepelatihan di SSB-SSB peserta LKG U-14. Mulai musim depan, kompetisi LKG U-14 akan digelar di Lapangan IFA, kawasan Kuningan, Jakarta. Hingga pekan ke-10, Minggu lalu, LKG digelar di Lapangan ABC, Senayan, yang kurang memadai.
”Dengan meningkatnya mutu dan kualitas permainan, LKG bisa menjadi proyek percontohan yang mendekati ideal,” kata Anton, yang juga wartawan senior Kompas itu. ”Mimpi kami, kami bisa memperluas kompetisi ini ke daerah-daerah lain, seperti Medan, Yogyakarta, Surabaya, Makassar, dan Papua.”
Tertinggal dari Jepang
Bob Hippy memaparkan, pembinaan usia dini di Indonesia jauh tertinggal dari hal serupa di Jepang. ”Jepang bukan soccer nation (negara sepak bola), tetapi mereka kini mempunyai 2.000 pemain elite U-12. Jika 200 dari mereka jadi pemain, sepuluh tahun ke depan negara itu punya 200 pemain elite,” katanya.
Salah satu kendala pembinaan usia muda di Indonesia adalah minimnya keterlibatan industri dan pemerintah, serta rendahnya perhatian media.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar