Sabtu, 02 Oktober 2010

Indonesia Tumbangkan Italia dan Mesir



Pretoria, Kompas - Pasukan Indonesia menumbangkan Italia 4-2 melalui drama adu penalti di kelompok final turnamen sepak bola usia di bawah 12 tahun, Danone Nations Cup 2009, di kompleks olahraga Pretoria, Afrika Selatan, Jumat (1/10). Pada pertandingan kedua yang berlangsung mulai pukul 12.00, Indonesia yang diwakili Pengcab Semarang menyikat Mesir 1-0.
Sementara itu, tim Indonesia di kelompok final 2010 yang diwakili Sekolah Sepak Bola Banteng Muda Malang menang atas Kanada, 1-0, setelah pada pertandingan pertamanya dikalahkan Perancis 0-1.
Pertandingan Indonesia melawan Italia berlangsung cepat dan menarik. Tim asuhan pelatih Taufan Setiadi ini di luar dugaan unggul penguasaan bola atas Italia yang menjadi tim unggulan bersama Brasil, Perancis, Argentina, dan Jerman. Sejak menit pertama, Candra Rukmana dan kawan-kawan memaksa barisan pertahanan lawan bekerja keras. Pertandingan baru berlangsung 5 menit, tembakan jarak jauh Chandra melambung tipis di atas mistar gawang Italia.
Gol Indonesia dihasilkan melalui titik penalti oleh Chandra setelah pemain belakang Italia melakukan pelanggaran keras terhadap Chandra. Namun, dua menit kemudian Italia menyamakan kedudukan, juga dari titik penalti, kendati tidak jelas benar alasan wasit memberikan hukuman itu. Pemain Indonesia hanya bingung melihat keputusan kontroversial tersebut.
Karena pertandingan 15 menit menghasilkan kedudukan imbang 1-1, maka hasil akhirnya ditentukan melalui adu penalti. Indonesia yang menurunkan tiga algojo—yaitu Chandra, Dwi Putranto, dan Siegers—berhasil menjalankan eksekusi dengan tembakan mengecoh kiper. Kemenangan Indonesia ditentukan aksi cemerlang kiper Iwan Raharjo yang berhasil menepis tembakan lawan.
Chandra, yang gaya bermainnya mirip striker tim nasional Bambang Pamungkas, kembali menjadi bintang lapangan saat Indonesia menghadapi Mesir. Chandra melakukan tendangan keras first time pada menit ke-13 untuk menjebol gawang Mesir.
Tidak kalah
Pelatih tim Indonesia 2009, Taufan Setiadi, mengaku secara teknis dan mental anak-anak asuhnya tidak kalah dari Italia ataupun Mesir. Anak-anak tidak gentar menghadapi nama besar Italia di dunia sepak bola ataupun postur yang lebih besar. Taufan melihat, penalti yang diberikan kepada Italia tidak jelas karena tidak ada pelanggaran yang dilakukan pasukan Indonesia. ”Ya, beruntunglah kami akhirnya menang adu penalti,” katanya.
Sementara itu, di final 2010, sebenarnya tim Indonesia yang diarsiteki Hendrik Sugiyanto tidak kalah secara teknis dari Perancis. Hanya postur tubuh kalah tinggi. Gol Perancis pun terjadi karena keunggulan postur tubuh ketika gelandang serang Elliot melakukan tandukan kepala keras menjebol gawang Wahyu Surya pada menit ke-14.
Tim Indonesia yang berintikan arek-arek Malang ini terhibur oleh kemenangan atas Kanada pada pertandingan kedua. Gol semata wayang dicetak striker Adimas.
Disesalkan
Manajer Tim Indonesia 2009 Hengky Siegers sangat menyesalkan ketidakhadiran pengurus PSSI pada turnamen ini walau sebenarnya sudah diundang. ”Bahkan, tidak diundang pun seharusnya datang karena turnamen ini sangat penting bagi pembinaan sepak bola di Tanah Air,” katanya.
Menurut mantan pemain tim nasional dan PSM Makassar ini, pembinaan sepak bola seharusnya dilakukan sejak usia dini. Sebagai pemegang otoritas pembinaan sepak bola PSSI seharusnya punya kepedulian tentang ini. ”Ada problem yang harus diikuti dan dikaji PSSI. Lihat saat sama-sama usia dini, pemain kita tidak kalah dengan pemain Italia. Tetapi, mengapa setelah besar, pemain kita tertinggal jauh. Nah, PSSI mestinya datang ke sini untuk mengkaji masalah ini,” katanya.
Manajer tim Indonesia untuk 2010, Haris Thoufli, meminta agar pengurus PSSI mau menjemput para pemain setibanya di Indonesia nanti untuk mengobati kekecewaan pemain atas ketidakhadiran pengurus PSSI di turnamen yang diikuti 40 negara dari seluruh dunia ini. ”Bagaimanapun anak-anak ini sangat senang bila mendapat perhatian dari PSSI,” kata Haris.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar